HDTV
Selama ini kita sudah sangat
familiar dengan sistem national television system committee (NTSC) yang
dipergunakan televisi untuk menyajikan gambar. Tetapi, belakangan dengan
munculnya teknologi high-definition television (HDTV) atau yang dalam bahasa
Indonesia disebut televisi definisi tinggi, menyebabkan fungsi NTSC
perlahan-lahan tergantikan. Apa sih sebenarnya teknologi HDTV ini?
HDTV adalah merupakan media komunikasi baru dan teknologinya
masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awaltahun
90-an. Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai olehJepang
yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya Jepang) pada
tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropasebagai pembanding dan
akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus diperhitungkan.
Sebenarnya sampai sekarang masih sulit untuk mendefinisikan
secara tepat HDTV. Yang pasti, teknologi tayangan televisi yang dianggap
terbaik sekarang ini adalah menggunakan sistem NTSC (National Television
Systems Committee) yang menayangkan gambar analog, menghasilkan resolusi
sebanyak 525 garis pada layar televisi. Sedangkan HDTV menghasilkan resolusi
1.125 garis tayangan yang lebih padat dan mampu menghasilkan informasi video
lima kali lebih banyak dibanding sistem NTSC.
Namun, walaupun memiliki keunggulan yang luar biasa dalam
menghasilkan resolusi yang rapat, tajam, dan jelas, transmisi HDTV memerlukan bandwith
yang lebih besar sampai lima kali dibanding kapasitas sinyal televisi
konvensional. Meski masih sulit mendefinisikannya, HDTV dapat diartikan sebagai
suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat
kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan
kualitas film 35 mm) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk).
Pesatnya kemajuan teknologi digital, terutama di bidang gambar digital yang
mengkombinasikan foto dan video, memang tidak diduga sebelumnya. Kehadiran
teknologi HDTV, bukan saja mendorong produk-produk dengan kualitas digital pada
beberapa merek perangkat televisi yang sudah punya nama, tetapi juga pada cara
perekamannya untuk ditayangkan di HDTV.
Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal digital dan
displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga nantinya bisa
melayani multi bahasa dan multi media. Karena HDTV merupakan sistem komunikasi,
maka seperti juga sistem komunikasi konvensional lainnya, untuk
penyelenggaraannya memerlukan beberapa komponen dasar seperti pusat produksi
(studio), pemroses/penyimpan, sistem transmisi dan pesawat penerima.
Konsep dasar HDTV di sisi lain sebenarnya tidak dimaksudkan
hanya untuk meningkatkan definisi per wilayah unit tayangan layar televisi,
tetapi juga untuk meningkatkan persentase bidang visual yang menayangkan gambar
tersebut. Pengembangan HDTV diarahkan pada peningkatan 100 persen jumlah piksel
horizontal dan vertikal, misalnya bingkai gambar 1 MB seharusnya memiliki
jumlah 1.000 garis x 1.000 titik horizontal.
Hasil yang didapat dari perluasan ini adalah faktor
perbaikan 2-3 kali dalam sudut bidang vertikal dan horizontal. Dengan demikian,
perbaikan sudut ini pada HDTV juga mengubah rasio menjadi 16:9 dari 4:3 dan
menjadi imej yang ditayangkan seperti di “bioskop”. HDTV memang merupakan media
komunikasi baru dan teknologinya sedang dalam proses penyempurnaan, terutama
pada awal dekade 90-an.
Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh
Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya
Jepang) pada tahun 1968. Kemudian diikuti oleh masyarakat Eropa sebagai
pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus
diperhitungkan.
Diperkirakan teknologi HDTV ini akan menjadi standar
televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang sistem
strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar dunia untuk
HDTV ini akan mencapai 250 milyar dolar per tahun (tahun 2010).
Kompetisi
Standar HDTV
Di samping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem
penyelenggaran HDTV mempunyai dampak yang luas pada bidang budaya,
sosial, politik sampai pada pertahanan. Karena itu negara-negara maju telah
berlomba agar sistem yang mereka kembangkan itu nantinya dapat dipakai sebagai
standar dunia (global).
Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR (badan
internasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua
yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa). Sementara itu Amerika Serikat yang
diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk memutuskan satu
standar dari masing-masing team (konsorsium) yang sedang berkompetisi.
Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda
apakah CCIR bisa memutuskan pemakaian standar yang tunggal? Pengalaman dari
sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, NTSC di
Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan pemakaian tunggal
sistem penyiaran HDTV ini. Disamping itu juga ada badan standarisasi di bawah
ISO yaitu MPEG yang menangani standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal
gambar bergerak.
HDTV
di Negara Berkembang
Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa
maju dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang infrastruturnya
sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah kompetisi. Namun demikian
bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya masih terbatas (lihat
idealisasi sistem siaran di atas), apakah mau menciptakan standar sendiri
ataukah mengikuti standar yang sedang dikembangkan oleh bangsa maju. apankah
HDTV tersebut layak diterapkan?
Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian
maju, kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu dan
dana. Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari sistem
HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat penerima bahkan sampai
industri pembuatan komponen-komponen tersebut. Karena tanpa bisa memproduksi,
negara tesebut akan selalu bergantung.
Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk
pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50-an. Dengan dimotori oleh
Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-industri dalam negeri
(Sony, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi televisi dan komponen terkait
dengan orientasi permulaan pasar dalam negeri.
Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui
media televisi upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959,
meledaklah industri televisi di Jepang. Akhirnya seperti kita ketahui dengan
baik bahwa Jepang telah bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. Bahkan
telah berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991).
SUMBER: WIKIPEDIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar