Rabu, 20 Maret 2013
HDTV
HDTV
Selama ini kita sudah sangat
familiar dengan sistem national television system committee (NTSC) yang
dipergunakan televisi untuk menyajikan gambar. Tetapi, belakangan dengan
munculnya teknologi high-definition television (HDTV) atau yang dalam bahasa
Indonesia disebut televisi definisi tinggi, menyebabkan fungsi NTSC
perlahan-lahan tergantikan. Apa sih sebenarnya teknologi HDTV ini?
HDTV adalah merupakan media komunikasi baru dan teknologinya
masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awaltahun
90-an. Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai olehJepang
yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya Jepang) pada
tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropasebagai pembanding dan
akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus diperhitungkan.
Sebenarnya sampai sekarang masih sulit untuk mendefinisikan
secara tepat HDTV. Yang pasti, teknologi tayangan televisi yang dianggap
terbaik sekarang ini adalah menggunakan sistem NTSC (National Television
Systems Committee) yang menayangkan gambar analog, menghasilkan resolusi
sebanyak 525 garis pada layar televisi. Sedangkan HDTV menghasilkan resolusi
1.125 garis tayangan yang lebih padat dan mampu menghasilkan informasi video
lima kali lebih banyak dibanding sistem NTSC.
Namun, walaupun memiliki keunggulan yang luar biasa dalam
menghasilkan resolusi yang rapat, tajam, dan jelas, transmisi HDTV memerlukan bandwith
yang lebih besar sampai lima kali dibanding kapasitas sinyal televisi
konvensional. Meski masih sulit mendefinisikannya, HDTV dapat diartikan sebagai
suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat
kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan
kualitas film 35 mm) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk).
Pesatnya kemajuan teknologi digital, terutama di bidang gambar digital yang
mengkombinasikan foto dan video, memang tidak diduga sebelumnya. Kehadiran
teknologi HDTV, bukan saja mendorong produk-produk dengan kualitas digital pada
beberapa merek perangkat televisi yang sudah punya nama, tetapi juga pada cara
perekamannya untuk ditayangkan di HDTV.
Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal digital dan
displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga nantinya bisa
melayani multi bahasa dan multi media. Karena HDTV merupakan sistem komunikasi,
maka seperti juga sistem komunikasi konvensional lainnya, untuk
penyelenggaraannya memerlukan beberapa komponen dasar seperti pusat produksi
(studio), pemroses/penyimpan, sistem transmisi dan pesawat penerima.
Konsep dasar HDTV di sisi lain sebenarnya tidak dimaksudkan
hanya untuk meningkatkan definisi per wilayah unit tayangan layar televisi,
tetapi juga untuk meningkatkan persentase bidang visual yang menayangkan gambar
tersebut. Pengembangan HDTV diarahkan pada peningkatan 100 persen jumlah piksel
horizontal dan vertikal, misalnya bingkai gambar 1 MB seharusnya memiliki
jumlah 1.000 garis x 1.000 titik horizontal.
Hasil yang didapat dari perluasan ini adalah faktor
perbaikan 2-3 kali dalam sudut bidang vertikal dan horizontal. Dengan demikian,
perbaikan sudut ini pada HDTV juga mengubah rasio menjadi 16:9 dari 4:3 dan
menjadi imej yang ditayangkan seperti di “bioskop”. HDTV memang merupakan media
komunikasi baru dan teknologinya sedang dalam proses penyempurnaan, terutama
pada awal dekade 90-an.
Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh
Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya
Jepang) pada tahun 1968. Kemudian diikuti oleh masyarakat Eropa sebagai
pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus
diperhitungkan.
Diperkirakan teknologi HDTV ini akan menjadi standar
televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang sistem
strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar dunia untuk
HDTV ini akan mencapai 250 milyar dolar per tahun (tahun 2010).
Kompetisi
Standar HDTV
Di samping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem
penyelenggaran HDTV mempunyai dampak yang luas pada bidang budaya,
sosial, politik sampai pada pertahanan. Karena itu negara-negara maju telah
berlomba agar sistem yang mereka kembangkan itu nantinya dapat dipakai sebagai
standar dunia (global).
Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR (badan
internasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua
yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa). Sementara itu Amerika Serikat yang
diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk memutuskan satu
standar dari masing-masing team (konsorsium) yang sedang berkompetisi.
Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda
apakah CCIR bisa memutuskan pemakaian standar yang tunggal? Pengalaman dari
sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, NTSC di
Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan pemakaian tunggal
sistem penyiaran HDTV ini. Disamping itu juga ada badan standarisasi di bawah
ISO yaitu MPEG yang menangani standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal
gambar bergerak.
HDTV
di Negara Berkembang
Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa
maju dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang infrastruturnya
sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah kompetisi. Namun demikian
bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya masih terbatas (lihat
idealisasi sistem siaran di atas), apakah mau menciptakan standar sendiri
ataukah mengikuti standar yang sedang dikembangkan oleh bangsa maju. apankah
HDTV tersebut layak diterapkan?
Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian
maju, kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu dan
dana. Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari sistem
HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat penerima bahkan sampai
industri pembuatan komponen-komponen tersebut. Karena tanpa bisa memproduksi,
negara tesebut akan selalu bergantung.
Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk
pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50-an. Dengan dimotori oleh
Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-industri dalam negeri
(Sony, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi televisi dan komponen terkait
dengan orientasi permulaan pasar dalam negeri.
Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui
media televisi upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959,
meledaklah industri televisi di Jepang. Akhirnya seperti kita ketahui dengan
baik bahwa Jepang telah bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. Bahkan
telah berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991).
SUMBER: WIKIPEDIA
Kamis, 07 Maret 2013
EEDITING VIDEO
A. Pengertian Editing
Editing dalam bahasa Indonesia adalah
serapan dari Inggris.
Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing.
Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47). Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.
Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25). Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.
Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing.
Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47). Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.
Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25). Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.
B.
Jenis - Jenis Editing
1) Editing continuitas (continuity cutting)
Yaitu menyambungkan potongan yang sesuai, dimana aksi yang berkesinambungan dan mengalir dari shot yang satu ke shot yang lainnya, dimana aksi yang diperlihatkan bukan merupakan bagian dari shot sebelumnya. Suatu sekuen yang berkesinambungan atau rangkaian dari sambungan yang sesuai boleh terdiri dari berbagai angle yang berbeda, namun gambar harus memperlihatkan kesinambungan pergerakan gambar, ketika subjek berpindah posisi maupun arah harus disambung bersama.
2) Editing kompilasi (compilation cutting)
Film berita dan film jenis dokumenter mengenai survey, laporan, analisa dokumentasi, sejarah atau laporan perjalanan, umumnya menggunakan editing kompilasi karena sifat snapshot yang mengasyikan dari informasi visual, ini semua dihubungkan oleh narasi yang berkesinambungan. Narasi suara menggerakkan gambar dan akan sedikit maknanya jika gambar tanpa penjelasan suara. Editing kompilasi ini akan sedikit menemui masalah karena semua semua shot menggambarkan apa yang terdengar/narasi.
3) Editing kontinuitas dan kompilasi (continuity and compilation)
Film-film cerita yang menggunakan editing kontinuitas boleh juga sesekali menggunakan editing kompilasi, seperti serangkaian long-shot introduksi, sebuah sekuen editing dengan waktu dan ruang yang diringkaskan, atau serangkaian shot yang tidak saling berkaitan untuk memberikan impresi, bukannya suatu reproduksi dari suatu peristiwa. (Joseph V. Mascelli, 1998: 149) oleh: unguceria.
C. Alat-alat Editing
Alat-alat pembantu pembuatan
video:
KAMERA
Pengertian
kamera, kamera adalah alat yang digunakan dalam bidang fotografi. Nama kamera
diambil dari bahasa latin camera odscura, yang artinya adalah ruang gelap.
Dalam bidang fotografi, fungsi kamera adalah untuk membentuk dan merekam suatu
bayangan hasil pemotretan pada lembaran film.
TRIPOD
Pengertian tripod adalah
sebagai berikut : penyangga mesin bor
(kamera dsb) yg terdiri atas tiga buah kaki berbentuk batang; kaki tiga
Shotgun Microphone
Pengertian
mikrofon senapan adalah, silinder
panjang yang unggul dalam mengambil suara di
depannya, sementara menolak suara ke sisi dan belakang.
Senapan dirancang untuk memiliki
fokus sempit daripada mikrofon rata-rata. Mikrofon senapan melakukan pekerjaan
yang besar mengambil frekuensi suara manusia menghasilkan. Suara
mereka menyambar dan suara-menangkapkemampuan membuat
mereka pilihan yang cocok untuk mengambil di depan
kamera dialog.
Software Video Profesional
LightWorks adalah alat
editing video profesional yang memungkinkan pengguna untuk mengedit video, trim
dan menambahkan efek ke video. Lightworks sedang disebut-sebut sebagai
perangkat lunak editing video yang paling terbaru dan canggih yang tersedia.
Juga itu adalah penghargaan Academy dan penghargaan Emmy memenangkan Editor
kelas profesional. Selain itu juga
kebanyakan menggunakan adobe primire, dan sony vegas
PC(Komputer)
komputer
banyak pekerjaan yang dapat di selesaikan dengan mudah, bila dahulu orang
mengetik surat harus dengan mesin tik, dan bila ada kesalahan maka kertas
tersebut akan di sobek dan di ketik ulang kembali, selain itu dengan mesin tik
dokumen yang telah di ketik tidak dapat di edit kembali, sementara dengan
menggunakan komputer kita dapat mengetik dokumen, mengedit dan menyimpan
dokumen tersebut untuk dapat di edit berulang-ulang, dan sekarang dapat
mengedit video menggunakan software video di komputer.
Elemen
dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing. Editing dibangun oleh
beberapa elemen. Hasil dari sebuah editing tergantung pada bagaimana elemen
tersebut digunakan, bagus tidaknya dan apakah gambar mengganggu atau tidak saat
ditonton. Elemen-elemen tersebut adalah:
Motivasi
Dalam
mengedit harus selalu ada motivasi atau alasan yang jelas pada saat memindah,
menyambung, atau saat menggunakan perpindahan serta fade. Motivasi ini bisa
dalam gambar, suara maupun kombinasi gambar dengan suara.
2) Informasi
Gambar
yang memiliki informasi adalah dasar dari sebuah editing. Setiap shot baru
berarti mempunyai informasi yang baru pula dan susunan harus ideal agar gambar
menarik. Karena semakin penonton mendapatkan banyak informasi dan mengerti maka
ia akan semakin menikmati dan seperti terlibat dalam cerita sebuah tayangan.
Tugas seorang editor untuk mendapatkan gambar yang penuh informasi dalam sebuah
program, namun tanpa kesan menggurui penonton.
3) Komposisi
Meskipun
editor tidak bisa menciptakan suatu komposisi gambar, namun salah satu tugas
editor adalah memilih dan menyusun shot yang ada dengan komposisi menjadi
dapat diterima. Karena komposisi shot yang buruk adalah hasil dari proses
shooting yang buruk.
4) Suara
Suara
adalah elemen penting dalam editing, suara bukan hanyalebih langsung dari
gambar namun juga lebih abstrak. Suara dapat membangun suasana dan emosi yang
menjadi suatu daya tarik serta dapat digunakan untuk menyiapkan penonton dalam
pergantian scene ataupun cerita.
5) Angle kamera
Adalah
elemen paling penting dalam editing, pada prinsipnya saat perpindahan shot yang
satu dengan yang lain harusnya berbeda angle. Perbedaan angle satu objek/subjek
adalah kurang dari 45o, sedangkan untuk garis khayal antara dua objek adalah
tidak lebih dari 180o, jika melebihi ini maka akan terjadi jumping gambar.
6) Kontinuitas
Kontinuitas
atau kesinambungan gambar dimana setiap perpindahan shot baru dengan agle dan
komposisi baru merupakan kelanjutan dari shot sebelumnya. Kesinambungan ini
mencakup kontiniti konten, pergerakan, posisi dan suara. (Roy Thompson and
Christopher J. Bowen, 2009: 58)
D. Tatacara
Editing
Adobe
Premiere merupakan program yang sudah umum digunakan oleh rumah-rumah produksi,
televisi dan praktisi di bidangnya. Keuntungan belajar melakukan edit video
menggunakan Adobe Premiere adalah program ini sebenarnya mudah dipelajari dan
dalam waktu singkat Anda dapat mencapai tingkat mahir walaupun sekarang masih
pemula.
Capture
Capture adalah proses memindahkan gambar dari kaset MiniDV ke harddisk komputer.
Cara capture selengkapnya adalah sebagai berikut :
Capture adalah proses memindahkan gambar dari kaset MiniDV ke harddisk komputer.
Cara capture selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Aktifkan Adobe Premiere, lalu hidupkan handycam Anda.
2.
Klik perintah yang muncul pada kotak Digital Video Device, misalnya Edit and
Record Video. Klik OK.
3. Kemudian klik New
Project.
4.
Pilih DV NTSC atau DV PAL, sesuaikan dengan jenis handycam Anda. Umumnya
handycam produk Indonesia adalah PAL. Setelah itu, ketikkan nama proyek Anda
pada kotak Name, misalnya “Peresmian”. Klik OK.
5. Selanjutnya Anda akan
dibawa ke dalam Interface Adobe Premiere.
6. Kini pilih perintah File
> Capture.
7. Pilih direktori untuk
menempatkan hasil tangkapan video. Klik tab Settings.
8. Klik tombol Browse pada
Video dan klik OK. Lakukan langkah serupa untuk Audio.
9.
Gunakan tombol-tombol ini untuk melakukan operasi pada kaset MiniDV Anda yang
ada di dalam handycam.
10.
Selanjutnya klik Play dan klik Record sebagai tanda Anda sudah siap melakukan
proses Capture.
11.
Klik Stop jika Anda ingin menghentikan proses Capture. Terakhir ketikkan nama
klip video Anda dalam Clip Name, sebagai contoh “peresmian.avi”.
12. Klik OK. Nah sekarang
klip video Anda telah tersimpan dalam panel Project.
Editing
didalam Source Monitor Editing di sini untuk memotong-motong klip video, karena
banyak bagian yang ingin Anda potong atau tidak Anda diinginkan. Caranya :
1. Klik dan geser Klip video peresmian.avi ke dalam Source Monitor.
2. Tentukan awal potongan dengan menggeser. Lalu klik In Point.
3. Tentukan akhir potongan
dengan menggeser lagi. Lalu klik Out Point.
4. Klik dan geser ke dalam
Timeline.
5. Lakukan cara 1-4 kembali
pada bagian lainnya dalam klip.
Editing di dalam Timeline
Lakukan editing ini jika masih ada bagian yang ingin Anda hilangkan. Banyak
alat yang dipakai untuk mengedit di dalam Timeline. Alat yang umum digunakan
pemula adalah :
•MoveTool: untuk memilih klip.
•Razor: untuk memotong klip.
•Rate Stretch Tool: untuk melambatkan kecepatan klip.
Menambahkan
Efek
Klip
video di dalam timeline dapat Anda beri efek agar tampilan video menjadi
menarik. Caranya, pilih jenis efek yang ada dalam tab Effects, selanjutnya klik
dan geser ke dalam klip video yang Anda inginkan. Atur efek dalam tab Effect
Controls. Lihat hasilnya dalam layar Program.
Menambahkan
Transisi
Transisi
dipakai agar perpindahan antar 2 klip dapat lebih halus. Caranya pilih jenis
transisi yang ada dalam folder Video Transitions dan geser ke dalam pertemuan 2
klip. Klik transisi yang telah Anda tambahkan dan atur transisi dalam tab
Effect Controls.
Memadukan
Klip Video
Anda
ingin berkreasi dengan memadukan sejumlah video ? Caranya letakkan video 1 pada
track Video 1, lalu letakkan video yang ingin Anda padukan pada track video 2,
tepat di atas video 1. Sebagai contoh video 1 adalah Brom.avi dan video 2
adalah cloud.avi.
Untuk
memadukan kedua klip, klik klip cloud.avi, pilih tab Effect Controls, atur
Opacity-nya. Lihat hasilnya di layar program. Untuk menambahkan klip video dari
sumber lain ke dalam panel Project (misal CD), gunakan perintah File >
Import.
Memadukan Klip Audio
Anda
juga dapat memadukan klip Audio. Letakkan klip audio pada track Audio 1 dan
klip audio 2 pada track Audio 2. Untuk mengatur volume klip audio 2 (misal agar
terdengar sayup-sayup), maka atur volumenya dalam tab Effect Controls atau
garis volume pada klip audio tersebut.
Untuk
menambahkan audio ke dalam panel Project, gunakan perintah File > Import.
Menyimpan
Proyek
Simpan
proyek Anda dengan perintah File > Save, atau tekan Ctrl+S pada keyboard.
Langkah
Render
Render
adalah memproses edit yang telah Anda lakukan menjadi sebuah file video.
Outputnya dapat Anda pilih sendiri, .avi atau .mpeg. Output AVI
• Pilih menu File >
Export >Movie (Premiere Pro 2).
• Pilih menu File >
Export >Media (Premiere Pro CS3dan CS4).Output Mpeg
• Pilih menu File >
Export >Adobe Media Encoder (Premiere Pro 2).
• Pilih menu File >
Export > Media (Premiere Pro CS3 dan CS4).
Lama waktu render normalnya sama dengan durasi yang ada dalam timeline. Tentu saja ini sangat dipengaruhi oleh spesifikasi komputer Anda. Jika render adalah 4 kali dari durasi timeline, ini juga masih dalam kisaran normal.
Langganan:
Postingan (Atom)